PROFIL


Nama / Name : Firmansyah
Alamat / Address : Jalan banggris gang 4
Kode Post / Postal Code : 75127
Nomor Telepon / Phone : 085246923800
Email : firmanprstyo@yahoo.co.id
Jenis Kelamin / Gender : Laki Laki
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Malinau 24 september 1993
Status Marital / Marital Status : Mahasiswa
Universitas : Mulawarman
Program Studi : Bimbingan Konseling
Warga Negara / Nationality :WNI
Agama / Religion : Islam
PIN BB : 26EF2812



Nama / Name : Didik Sutrisno
Alamat / Address : Jalan banggris gang 7
Kode Post / Postal Code : 75127
Nomor Telepon / Phone : 085753961213
Email : didiksutrisno_bk11@yahoo.com
Jenis Kelamin / Gender : Laki Laki
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Tajur, 25 Mei 1992
Status Marital / Marital Status : Mahasiswa
Universitas : Mulawarman
Program Studi : Bimbingan Konseling
Warga Negara / Nationality : WNI
Agama / Religion : Islam


Nama / Name :Adam Fikrianto
Alamat / Address : Jalan Melanti RT. 37 Rawa Makmur Palaran
Kode Post / Postal Code : 75243
Nomor Telepon / Phone : 085250055805
Email : adamfikrianto@yahoo.com
Jenis Kelamin / Gender : Laki Laki
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Samarinda, 21 Juli 1992
Status Marital / Marital Status : Mahasiswa
Universitas : Mulawarman
Program Studi : Bimbingan Konseling
Warga Negara / Nationality :WNI
Agama / Religion : Islam


Nama / Name : Hendy Perdanata
Alamat / Address : Jalan Labu Merah 7 No. 172 Rt. 71 Perum. Bengkuring
Kode Post / Postal Code : 75119
Nomor Telepon / Phone : 085250915788
Email : hendyperdanata@yahoo.co.id
Jenis Kelamin / Gender : Laki Laki
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Samarinda, 16 Januari 1993
Status Marital / Marital Status : Mahasiswa
Universitas : Mulawarman
Program Studi : Bimbingan Konseling
Warga Negara / Nationality :WNI
Agama / Religion : Islam
PIN BB : 28BCA3A0


Nama / Name : Muhammad Yusrian Prasetyo
Alamat / Address : Jalan Labu Hijau 2 No. 125 Rt. 72 Perum. Bengkuring
Kode Post / Postal Code : 75119
Nomor Telepon / Phone : 085393374222
Email : my_thyo@yahoo.co.id
Jenis Kelamin / Gender : Laki Laki
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Samarinda, 6 Januari 1994
Status Marital / Marital Status : Mahasiswa
Universitas : Mulawarman
Program Studi : Bimbingan Konseling
Warga Negara / Nationality :WNI
Agama / Religion : Islam
PIN BB : 27A8CC66


Nama / Name : Fajrin Nur Huda
Alamat / Address : Jalan KH. Wahid Hasyim gg. Lorong Abadi No. 43 Rt. 37
Kode Post / Postal Code : 75119
Nomor Telepon / Phone : 085247748862
Email : Dimensionerz@yahoo.com
Jenis Kelamin / Gender : Laki Laki
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Samarinda, 16 November 1993
Status Marital / Marital Status : Mahasiswa
Universitas : Mulawarman
Program Studi : Bimbingan Konseling
Warga Negara / Nationality :WNI
Agama / Religion : Islam
PIN BB : 29F83262


Rasional Emotif Terapi



RASIONAL EMOTIF TERAPI


 


Description: D:\LOGO OF UNIVERSITIES\unmul-warna.jpg

Oleh :
  
Adam Fikrianto           1105095097
Didik Sutrisno             1105095146
Fajrin Nur Huda          1105095071
Firmansyah                  1105095108
Hendy Perdanata        1105095126
M. Yusrian Prasetyo   1105095127


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2012





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

       Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena. Suatu teori yang baik mempunyai kriteria sebagai berikut: (1) jelas, yaitu dapat dipahami, dan tidak terdapat pertentangan di dalamnya; (2) komprehensif, yaitu dapat menjelaskan fenomena secara menyeluruh; (3) eksplisit, artinya setiap penjelasan didukung oleh bukti-bukti yang dapat diuji; (4) “parsimonius”, artinya menjelaskan data secara sederhana dan jelas; (5) dapat merumuskan penelitian yang bermanfaat. Suatu teori juga mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama, meringkaskan dengan menggeneralisasikan suatu kesatuan informasi; kedua, membantu dalam pemahaman dan penjelasan suatu fenomena yang kompleks; ketiga, sebagai prediktor bagi sesuatu yang mungkin terjadi pada suatu kondisi tertentu; dan keempat, merangsang penelitian dan pengumpulan data lebih lanjut. Salah satu teori yang ada dalam kegiatan konseling adalah Rational Emotive Therapy (RET) yang berasumsi bahwa berpikir dan emosi itu bukan merupakan dua proses yang terpisah, tetapi justru saling bertumpangtindih dan dalam prakteknya kedua hal tersebut saling berkaitan. 

Masalah yang dialami konseli :
Description: Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling            Budi adalah siswa kelas I SMAN 1 Samarinda yang baru saja naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa pedalaman L3, sebagai anak satu-satunya semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di SMAN 1 Samarinda; orang tua sebetulnya berharap agar anaknya tidak perlu susah-susah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Budi terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar jika bisa diterima di SMAN favorit. Sejak diterima di SMAN 1 Samarinda di satu pihak Budi bangga sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi di lain pihak mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Budi. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja, dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman yang peduli. Dasar saya anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.

B. Rumusan Masalah

      Masalah yang terdapat dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana cara menyelesaikan masalah siswa yang minder dengan pendekatan rasional emotif terapi?




C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui masalah siswa yang minder dengan pendekatan Rational Emotive Therapy.

D. Manfaat
1.      Manfaat Bagi guru atau wali kelas :
Agar guru lebih peka memperhatikan seluruh perkembangan kondisi muridnya khususnya mengenai perkembangan kondisi mentalnya dan sebagai bentuk pembelajaran untuk lebih intens terus berkomunikasi dengan guru bk dan wali siswa.
2.      Manfaat konselor :
Bermanfaat bagi konselor dalam membantu konseli, selain itu Menjadi sebuah pengalaman yang baru bagi kami yang masih awam tentang bagaimana cara mengatasi sebuah permasalahan/kasus pada umumnya dan khususnya mengenai kasus yang di selesaikan melalui pendekatan rational emotif therapy (RET).
3.      Manfaat konseli :
Bermanfaat bagi konseli dalam menghadapi masalah yang ia sedang alami, agar ia dapat mengendalikan dirinya. kemudian mendapatkan gambaran untuk bisa mengambil keputusan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalahnya di kemudian hari.

4.      Manfaat Orang Tua :
Agar Orang Tua dapat mengerti dan memahami anaknya yang sedang mengalami masalah dan lebih peka terhadap kondisi yang di alami oleh anak dan menjadi figur yang lebih perduli terhadap masalah yang dihadapi anak.

5.      Manfaat Bagi pembaca pada umumnya :
Dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari permasalahan ini agar keluarga maupun orang terdekat mereka tidak mengalami nasib yang sama.


























BAB II
DASAR TEORI

A.    Konsep Dasar
Ellis memandang bahwa manusia itu bersifat rasional dan juga irasional. Orang berperilaku dalam cara-cara tertentu karena ia percaya bahwa ia harus bertindak dalam cara itu. Orang mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negative seperti kecemasan, rasa berdosa, permusuhan, dsb. Masalah-masalah emosional terletak dalam berpikir yang tidak logis. Dengan mengoptimalkan kekuatan intelektualnya, seseorang dapat membebaskan dirinya dari gangguan emosional. Para penganut teori RET percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam segala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggung jawab akan semua perilakunya.

B.     Tokoh

Ellis. Albert Ellis, merupakan tokoh teori RET ini. Pada mulanya Ellis mendapat pendidikan dalam psikoanalisa, akan tetapi dalam pengalaman prakteknya ia merasa kurang meyakini psikoanalisa yang dianggap ortodoks. Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam teori belajar behavioral, ia mengembangkan suatu pendekatan sendiri yang kemudian disebut rasional-emotif terapi. Kami memaknai kalimat tersebut sebagai „simbiosis tersembunyi‟. Artinya bahwa segala sesuatu (peristiwa buruk sekalipun) pasti ada suatu „penguntungan‟ bagi yang mengalaminya. Hanya saja „penguntungan‟ tersebut tidak bisa didapat begitu saja kecuali jika kita menggunakan pikiran (akal) intelektualitas kita untuk mengungkapnya. Berpijak dari inilah kalimat “…tetapi setiap orang bertanggung jawab akan semua perilakunya.” pada alinea tersebut mempunyai makna mendalam: bahwa, ketika „penguntungan‟ itu kita dapatkan dari hasil „membina pikiran‟ untuk menyibaknya, maka emosi kita terhadap peristiwa (buruk) yang kita alami tidak akan mengalami gangguan apapun adanya kesempatan berpikir rasional dan logis terhadap kenyataan.

Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah: pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih dalam prakteknya kedua hal itu saling berkaitan. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik. Pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi orang tersebut, dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran.

C.    Hakekat Pandang Terhadap Manusia
Pandangan dan asumsi tentang hakekat manusia dan kepribadiannya serta konsep-konsep teoritik dari rasional-emotif adalah sebagai berikut:
1.   Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan             serta     pandangan-pandangan konseli  yang irasional dan tidak logis      menjadi rasional dan logis agar konseli  dapat mengembangkan diri,       meningkatkan self-actualization-nya seoptimal mungkin melalui       perilaku kognitif dan afektif yang positif.
2.    Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti: rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah. Sebagai konseling dari cara berfikir keyakinan yang keliru berusaha menghilangkan dengan jalan melatih dan mengajar klien untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.


D. Teknik-Teknik Terapi

       Terapi rasional-emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Berikut ini akan dikemukakan beberapa macam teknik yang dipakai dalam rasional-emotif:

Teknik-teknik Emotif (afektif):

1.      Assertive Training, yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan.

2.      Sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang didramatisasikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan, ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis.
3.      Self Modeling, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar “berjanji” atau mengadakan “komitmen” dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
4.      Imitasi, yakni teknik yang digunakan di mana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
       Dalam mengaplikasi berbagai teknik konseling rasional-emotif, Albert Ellis menganjurkan untuk menggunakan dan menggabungkan beberapa teknik tertentu sesuai dengan permasalahan yang dihadapi klien. Hanya Ellis menyarankan agar teknik Home Work Assigment perlu digunakan sebagai syarat utama untuk sesuatu terapi atau konseling yang tuntas. Selanjutnya dikatakan oleh Ellis bahwa meskipun pada mulanya terapi rasional-emotif dimaksudkan untuk mendorong individu yang mengalami gangguan, akan tetapi dapat pula digunakan untuk membantu orang dalam mengurangi kecemasan dan permusuhan serta berguna untuk membantu mewujudkan diri individu. Bagi para konselor sekolah, terapi rasional-emotif akan sangat membantu karena pada dasarnya terapi rasional-emotif lebih menggunakan model edukatif daripada model psikodinamik atau model medik. Dengan demikian para konselor sekolah dapat menggunakannya bagi siswa-siswa normal di sekolah.

E. Tujuan Konseling Rasional-Emotif

       Berdasarkan pandangan dan asumsi tentang hakekat manusia dan kepribadiannya serta konsep-konsep teoritik dari RET, tujuan utama konseling rasional-emotif adalah sebagai berikut:

1.      Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self-actualization-nya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan afektif yang positif.
2.      Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti: rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah. Sebagai konseling dari cara berfikir keyakinan yang keliru berusaha menghilangkan dengan jalan melatih dan mengajar klien untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.



       Secara lebih khusus Ellis menyebutkan bahwa dengan terapi rasional-emotif akan tercapai pribadi yang ditandai dengan:
·         Minat kepada diri sendiri
·         Minat sosial
·         Pengarahan diri
·         Toleransi terhadap pihak lain
·         Fleksibelitas
·         Menerima ketidakpastian
·         Komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya
·         Berpikir ilmiah
·         Penerimaan diri
·         Berani mengambil resiko
·         Menerima kenyataan

Sebagai suatu bentuk hubungan yang bersifat membantu (helping relationship), terapi rasional-emotif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.       Aktif-direktif: bahwa dalam hubungan konseling, terapis/ konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
b.      Kognitif-eksperiensial: bahwa hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
c.       Emotif-eksperiensial: bahwa hubungan yang dibentuk juga harus melihat aspek emotif klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
d.      Behavioristik: bahwa hubungan yang dibentuk harus menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan perilaku dalam diri klien.
e.       Kondisional: bahwa hubungan dalam RET dilakukan dengan membuat kondisi-kondisi tertentu terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan terapi konseling.



Berikut merupakan gambaran yang harus dilakukan oleh seorang praktisi rasional-emotif yaitu:
a.       Mengajak, mendorong klien untuk menanggalkan ide-ide irasional yang mendasari gangguan emosional dan prilaku.
b.      Menantang konseli dengan berbagai ide yang valid dan rasional.
c.       Menunjukan kepada konseli azas ilogis dalam berpikirnya.
d.      Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan-keyakinan irasional konseli.
e.       Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan irasional ini adalah “in-operative” dan bahwa hal ini pasti senantiasa mengarahkan klien pada gangguan-gangguan behavioral dan emosional.
f.       Menggunakan absurdity dan humor untuk menantang irasional pemikiran klien.
g.      Menjelaskan kepada klien bagaimana ide-ide yang irasional ini dapat ditempatkan kembali atau disubstitusikan kepada ide-ide rasional yang harus secara empirik melatarbelakangi kehidupannya.
h.      Mengajar klien bagaimana mengaplikasikan pendekatan-pendekatan ilmiah, objektif dan logis dalam berpikir dan selanjutnya melatih diri klien untuk mengobservasi dan menghayati sendiri bahwa ide-ide irasional dan deduksi-deduksi hanya akan membantu perkembangan perilaku dan perasaan-perasaan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.



F.   Kelebihan dan Kelemahan Rational Emotif Therapy
Berikut ini kami kutip kelebihan dan kelemahan Rational Emotif Therapy dari http://marabpisurya.blogspot.com/2010/12/terapi-rasional-emotif-kembangkan-dan.html, sebagai berikut :
1.         Kelebihan Rational Emotif Therapy
A.   Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan demikian, perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
B.   Para klien bisa memperoleh sejumlah besar pemahaman dan akan menjadi sangat sadar akan sifat masalahnya.
C.   Kaedah berfikir logis yang diajarkan kepada klien dapat digunakan dalam menghadapi masalah yang lain.
D.   Klien merasa dirinya mempunyai keupayaan intelaktual dan kemajuan dari cara berfikir.
E.    Menekankan pada peletakan pemahaman yang baru di peroleh ke dalam tindakan yang memungkinan pada klien mempraktekkan tingkah laku baru dan membantu mereka dalam      pengkondisian ulang.





2.         Kelemahan Rational Emotif Therapy
A.   Ada klien yang boleh ditolong melalui analisa logis dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu cerdas otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada logika.
B.   Ada sebagian klien yang begitu terpisah dari realitas sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
C.   Ada juga sebagian klien yang memang suka mengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya dalam hidupnya,        dan tidak mau berbuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup mereka.
D.   Karena pendekatan ini sangat didaktif, terapis perlu mengenal dirinya sendiri dengan baik dan hati – hati agar tidak hanya memaksakan filsafat hidupnya sendiri, kepada para kliennya.
E.       Terapis yang tidak terlatih memandang terapi sebagai “pencecaran” klien dengan persuasi, indoktrinasi logika dan nasehat.
F.    Pemraktek bisa keliru menggunakan REBT dengan menyempitkannya menjadi pemberiaan metode penyembuhan.




BAB III
PEMBAHASAN

LANGKAH-LANGKAH PENGENTASAN MASALAH
1.        Analisis

Pada tahap ini terlebih dahulu kami perkenalkan data diri konseli sebagai berikut :
Nama                               :    Budi (nama samaran)
Tempat / Tanggal lahir  :    Samarinda, 10 Juni 1997
Alamat                             :    L3 desa wonogiri No.43 Rt. 37
Umur                               :    15 Tahun
Tinggi Badan                  :    165 cm
Berat Badan                    :    45 kg
Anak ke                           :    1
Status                               :    Anak Kandung
Asal Sekolah                   :    SMA Negeri 1 Samarinda
Kelas                                :    XI - IPS
Wali Kelas                       :    Sri Susmiati, S.Pd.
Minat / Bakat                  :    Olahraga (Takraw) dan Seni (Theater dan                          Melukis)
Data Orangtua :
Nama ayah                      :    Wagiman
Pekerjaan                        :    Petani
Alamat                             :    L3 desa wonogiri No.43 Rt. 37
Nama Ibu                        :    Lastri
Pekerjaan                        :    Ibu Rumah Tangga
Alamat                             :    L3 desa wonogiri No.43 Rt. 37
1.                  Konseli di lihat dari keadaan akademik dan non akademik

Berdasarkan hasil laporan belajar (raport) mulai dari kelas VII sampai dengan kelas X, Budi termasuk anak yang berprestasi berprestasi di bidang akademik. Kemudian dilihat dari bidang non akademik hasil tes bakat menunjukkan Budi berbakat di bidang seni. Budi tergabung dalam kegiatan ektrakurikuler seni theater dan Melukis. Budi sering menjuarai lomba pertandingan seni theater dan Melukis baik tingkat internal sekolah maupun diluar sekolah. Namun, dari sesi akademik, hasil laporan belajar, nilai Budi di kelas XI mengalami penurunan. Laporan wali kelas akhir-akhir ini menyebutkan bahwa Budi sering tidak fokus dalam belajar dan sering sekali menyendiri. Beberapa hari terakhir ini, Budi juga tidak hadir dalam kegiatan ektrakurikulernya. Kemampuan Belajar cukup tinggi dan minat bakatnya cukup besar.

2.                  Konseli di lihat dari keadaan fisik
Berdasarkan hasil asesmen angket dan data pendukung lainnya, diketahui pertumbuhan fisik Budi tergolong baik dan sehat, penyakit serius yang dideritanya pun tidak ada. Konseli mempunyai pertumbuhan fisik yang sangat baik, mulai dari bentuk tubuh yang cukup ideal, tinggi badan yang normal untuk seusianya.

3.                  Konseli di lihat dari keadaan keluarga
            Berdasarkan hasil data penelusuran mengenai keadaan keluarga, diketahui Budi merupakan anak tunggal, Kedua orang tua konseli tinggal di Kota Samarinda daerah pedalaman L3 dan konseli di Samarinda tinggal bersama keluarga ayahnya. Kebutuhan Budi dapat terpenuhi walau tidak selalu karena ia tergolong kurang mampu, orang tuanya merupakan petani.            Keluarga Budi tergolong keluarga yang mudah bergaul dan ramah di lingkungannya, dalam artian sering sekali bersosialisasi dengan tetangga seperti membagi hasil panen bila berlebih. Keluarga Budi termasuk keluarga yang kurang mampu.

4.                  Konseli di lihat dari keadaan tingkah laku sosial
            Budi memiliki pergaulan yang baik dan mudah bergaul di sekolah. Ia juga suka membantu teman yang sedang susah, dan suka menolong sesama.
Namun akhir-akhir ini berdasarkan hasil pengamatan wali kelas maupun guru BK, Budi diketahui suka merenung dan menjauhi diri dari pergaulan dengan teman-temannya. 

2.        Sintesis
Kesimpulan sementara berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut :
1.                   Di lihat dari keadaan akademik dan non akademik :
Budi termaksuk anak yang berprestasi di bidang akedemik dan non akademik mulai dari kelas VII sampai dengan kelas X, Budi berbakat di bidang seni theater dan melukis. Nilai Budi mengalami penurunan prestasi dari sesi akademik, hasil laporan belajar, nilai Budi di kelas XI mengalami penurunan. Laporan wali kelas akhir-akhir ini menyebutkan bahwa Budi sering tidak fokus dalam belajar dan sering sekali menyendiri. Beberapa hari terakhir ini, Budi juga tidak hadir dalam kegiatan ektrakurikulernya

2.                  Di lihat dari keadaan fisik :
Budi termasuk anak yang tidak memiliki riwayat penyakit serius tertentu.
3.                  Di lihat dari keadaan keluarga :
Budi adalah anak tungal dari ayah seorang petani yang bernama Wagiman dan Ibu yang bernama Lastri sebagai ibu rumah tangga. Kedua orang tua konseli tinggal di Kota Samarinda daerah pedalaman L3 dan konseli di Samarinda tinggal bersama keluarga ayahnya. Mereka adalah keluarga yang kurang mampu.
4.                  Di lihat dari keadaan tingkah laku sosial :
Akhir-akhir ini Budi mengalami perubahan tingkah laku sosial menjadi minder ,pemurung dan suka menyendiri. . Ia minder karena bukan dari keluarga mampu, sehingga ia berpikir dijauhi teman-temannya. Karena ia terbiasa berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, membuat ia menjadi tertekan ketika dihadapkan dengan tugas-tugas sekolah yang memakan banyak waktu, dan  juga membuatnya merasa jenuh serta mengalami penurunan dari segi prestasi di sekolah.

3.        Diagnosis  

Penyebab utama dari Minder dan menyendirinya Budi dari teman-temannya  ialah Karena ia dijauhi oleh teman-temannya dan bukan dari keluarga yang berada.







4.        Prognosis
     Dari diagnosis di atas kami dapat mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut, yaitu :
1.                     Mencocokkan kembali data-data yang ada dengan kenyataan yang ada pada konseli.
2.                     Melakukan pendekatan dan terus menjalin komunikasi secara bertahap.
3.                     Mencari akar permasalahan berdasarkan informasi yang didapat.
4.                  Membuat kesepakatan untuk bersama-sama mencari penyelesaian masalahnya.
5.                     Melakukan wawancara konseling.

5.        Treatment
Konseli      : Assalamu’alaikum
Konselor   : wa’alaikum salam
eh Budi, silahkan duduk..ada yang bisa bapak bantu? (sambil memegang pundak)
Konseli      : ia, saya merasakan minder karena saya dijauhi
Konselor   : kenapa mereka menjauhi kamu, ada masalah?
Konseli      : ia pak, saya selalu di ketawakan, dijauhi karena saya bukan              anak dari keluarga yang berada.
Konselor   : siapa yang menjauhi kamu
Konseli      : geng potlot
Konselo     : siapa saja anggota geng potlot, berapa jumlahnya?
Konseli      : saya tidak mau menyebukan namanya, Cuma kalo anggotanya         ada 5 orang
Konselor   : Cuma 5 orang? Teman Budi di kelas semuanya berapa orang?
Konseli      : 40 orang siswa pak
Konselor   : kalo geng potlot hanya 5 orang, berarti ada 35 orang yang tidak       menjauhi kamu
Konseli      : ia sih pak
Konselor   : berarti lebih banyak yang berteman atau lebih banyak yang                menjauhi Budi?
Konseli      : ya…lebih banyak yang tidak menjauh pak…
Konselor   : pernah tidak anggota geng itu mengatakan langsung tidak mau        berteman dengan kamu?
Konseli      : tidak sih pak, hanya dari gerak gerik saja, mereka tidak suka            dengan saya
Konselor   : berarti, apakah  itu hanya perasaan mu saja?
Konseli      : o…iya,….mungkin juga pak…
Konselor   : Budi, menurut Budi, ada gak kelebihan Budi ? mungkin dalam        hal pelajaran?
Konseli      : Saya senang membuat puisi pak, bahkan saya pernah menang           lomba waktu Sekolah Dasar tingkat Rukun Tetangga
Konselor   : ya…bagus, itu sangat baik sekali untuk Budi kembangkan.kira-       kira dengan kelebihan Budi tadi ada gak yang bisa Budi                   lakukan
Konseli      : o..ya pak, sebentar lagi kan ada lomba puisi di acara                          menyambut idul adha yang diadakan osis, saya boleh ikut                    gak?
Konselor   : tentu saja Budi, sangat boleh. Kapan kamu mau mendaftarnya?
Konseli      : besok pak
Konselor   : baiklah, selain rencana kamu mendaftar lomba puisi . apa lagi           rencanamu untuk menepis perasaan bahwa orang lain selalu   memperhatikan/mempermasalahkan ketidak punyaan kamu?
Konseli      : saya akan memotong rambut saya supaya terlihat rapih dan              saya akan bersikap wajar, dan tidak mempermasalahkan                ketidak punyaan saya
Konselor  : rencana yang bagus, kapan itu rencana itu akan dilaksanakan?
Konseli    : hari ini saya akan ke tukang cukur, supaya besok penampilan                                    saya sudah terlihat segar, dan saya tidak akan                                                 mempermasalahkan pandangan orang lain terhadap saya
Konselor   : bagus…. , bapak bangga kamu dapat mengambil keputusan              sendiri. Ada yang bisa bapak bantu lagi
Konseli      : tidak pak , cukup
Konselor   : ya…kalo ada yang ingin dibicarakan lagi, pintu bk selalu                  terbuka buat Budi. Sekarang Budi mau kemana?
Konseli      : mau ke kelas lagi pak. Assalamu’alaikum
Konselor   : wa’alaikum salam

 Keterangan        :
      Attending atau percakapan di awal focus pembicaraan sangat penting, dengan tujuan si anak merasa nyaman sehingga dia akan tebuka mengemukakan masalahnya. Bila anak tidak mau bicara berarti attending kurang berhasil (harus ditingingkatkan lagi) karena itu berarti anak belum percaya untuk mengemukakan masalahnya pada konselor, konselor harus berusaha meyakinkan bahwa ia bisa dipercaya untuk memegang rahasia permasalah konseli.

6.        Follow up
     Dari hasil proses konseling di atas, melakukan pendekatan melalui wawancara konseling ternyata Budi mampu untuk merasionalkan diri dan pola pikirnya bahwa yang menjauhi dirinya bukanlah seluruh temannya. Untuk menambah motivasi percaya diri, Budi ingin mengikuti lomba puisi dan lebih merapikan penampilan agar tidak berprasangka buruk terhadap orang lain dan percaya dirinya kembali lagi sehingga dapat bergaul dengan temannya lagi. Kemudian untuk mengantisipasi hal-hal serupa terulang kembali, selanjutnya konselor akan tetap menjalin komunikasi terhadap orang tua, konseli, maupun guru wali kelasnya.

BAB IV
PENUTUP

A.                Kesimpulan
1.      Setelah diadakan pertemuan konseling, konseli akhirnya merasa tenang dan terbebas dari semua pemikiran dan mampu melepaskan apa yang selama ini telah menjadi beban dalam perasaannya.
2.      Konseli sudah mampu mengubah pola pikirnya menjadi lebih positif dan tidak menganggap segala sesuatunya dari sisi yang tidak baik.
3.      Terlepas dari itu semua, melewati proses yang diberikan oleh konselor akhirnya konseli pun kembali bersemangat dalam belajar dan kembali masuk sekolah mengikuti proses belajar dengan baik seperti biasa.

B.                 Saran
1.         Bagi konseli
Diharapkan konseli bisa mengambil pelajaran dan hikmah atas kejadian yang terjadi dari masalah yang telah dia alami seperti yang diangkat dalam makalah ini dan setelah melewati beberapa pertemuan konseling kelak diharapkan pula agar konseli tidak lagi mengulangi kesalahannya dan mampu mengatasi apa yang dia alami secara mandiri.

2.         Bagi konselor
                        Sebagai konselor terus belajar, khususnya belajar dari sebuah pengalaman yang ada. Seperti dalam kasus ini, konselor pun mendapat pengalaman baru untuk menangani masalah seorang konseli menggunakan pendekatan rational emotif dan apabila nantinya mendapatkan kasus yang serupa dan mungkin kiranya harus menggunakan rational emotif, konselor bisa kembali mengentaskan masalah konseli menggunakan pendekatan yang sama dengan baik.
3.         Bagi orangtua
                        Berdasarkan kasus yang telah terjadi pada konseli / anaknya, hendaknya orangtua bisa semakin memberikan perhatian dan motivasi kepada anaknya dan terus memantau bagaimana dan apa kebutuhan anak sebenarnya untuk mengembangkan konsep diri anak menjadi lebih baik dan positif.
           
4.         Bagi guru atau wali kelas
                        Guru semakin tanggap apabila ada muridnya yang sedang mengalami masalah. Guru selalu mengadakan analisa, agar lebih cepat mendeteksi masalah apa yang sebenarnya sedang dialami oleh siswa-siswinya. Kemudian guru atau wali kelas bisa segera mengadakan komunikasi dengan guru pembimbing untuk mengambil langkah apa yang akan dilakukan untuk mengentaskan masalah anak.
                       
5.         Bagi pembaca pada umumnya
                         Pembaca dapat menelaah setiap hal yang ada di makalah ini, kemudian diharapkan mampu menerapkannya dan bisa membagikan sedikit ilmu yang ada pada makalah ini sebagai informasi untuk pembelajaran kepada masyarakat khalayak umum.






DAFTAR PUSTAKA

Elis, A. 1994. Reason and emotion in psychotherapy (edisi kedua). New York: Birch Lane Press. 
Corey G., 1991/1995, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi (terjemahan Mulyarto), IKIP Semarang Pres.
Rosjidan, 1998, Pengantar Teori-teori Konseling, Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK, Jakarta
Surya, M., 1988, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.